Sejarah Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili

Logo Sejarah Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili
Sejarah Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer selili

secara lembaga sebenarnya Majelis Gereja Toraja Jemaat Moria Mangkupalas Samarinda Seberang belum sepenuhnya mendukung kerinduan itu namun karena didorong semangat iman dan rasa kebersamaan yang tinggi akhirnya ibadah pertama di rumah Bpk. Marthen Belopadang, karena belum memiliki gedung Gereja, sehingga ibadah hari minggu dilaksanakan di rumah anggota jemaat secara bergantian, antara lain di rumah Bpk. Yohanis Eppang. Bpk. Marthen Belopadang, Bpk. Luther Ba’ka’ , Bpk. Marthinus Allolinggi (Alm), Dll.
Setelah mengadakan ibadah dari rumah ke rumah akhirnya ada sedikit masalah karena oknum tertentu yang tidak senang, bahkan ibadah sempat dihentikan karena ketika jemaat sedang beribadah ada orang yang melempari rumah ibadah tersebut; namun karena tetap didorong oleh beberapa orang tua dari Mangkupalas sehingga ibadah dimulai kembali di rumah Bpk. Marthen Belopadang, tapi karena jumlah peserta ibadah semakin banyak dan tempat tidak menampung lagi maka diputuskan untuk membeli sebidang tanah untuk membangun Gedung Gereja.
Sejak cabang kebaktian Sei Kerbau dibuka tahun 1993, perkembangan dan kemajuan terus nampak, baik pembangunan fisik maupun non fisik. Dari segi perkembangan fisik, gedung Gereja dimulai peletakan batu pertama pada tanggal 13 Mei 1996 (bertepatan meninggalnya Pnt. Ny. Y. Tangke Suba atau mamak Rina) oleh majelis Gereja Di Sei Kerbau setelah doa peletakan batu pertama dipimpin Pnt. Petrus Tonapa. Dan hanya dalam jangka waktu beberapa bulan, cabang ini telah memiliki satu gedung Gereja permanen yang terletak di Jl. Lumba –Lumba RT. 17 Kel. Selili.
Karena didorong kerinduan dan semangat kebersamaan yang tinggi, maka walaupun gedung Gereja yang ada masih kelihatan sembraut namun ibadah hari minggu yang pertama di gedung Gereja ini, dilaksanakan pada tanggal 01 Desember 1996, dan nampak ibadah ini dinikmati oleh seluruh anggota jemaat yang mana ibadah dipimpin oleh Bapak Pdt. Markus Lolo,S.Th.
Mulai dari merencanakan untuk membuka satu cabang kebaktian di Sei Kerbau dan terlebih – lebih ketika memulai pembangunan gedung Gereja, tantangan dan hambatan datang silih berganti, baik dari sesama anggota tubuh Kristus maupun tantangan dan hambatan dari luar, termasuk dari oknum majelis Gereja Toraja Di Mangkupalas, para alat negara yang mendapat surat kaleng dari oknum masyarakat di Sei Kerbau. Hal ini menyebabkan majelis Gereja yang sekaligus selaku panitia pembangunan seringkali berhadapan dengan aparat pemerintah yang bermaksud menghalangi pembangunan gedung Gereja ini.
Namun dengan kenyakinan akan pimpinan Tuhan yang akan tetap membimbing dan menyertai anak-anakNya dalam meneruskan pembangunan gedung ini, dan didorong semangat yang tinggi dari anggota jemaat, serta diberi dukungan moril dari beberapa majelis Gereja Toraja Moria Mangkupalas antara lain Bpk. Pnt. Zeth Pamangi, Pdt. Markus Lolo, Pnt. Yulius Baan, Pnt. Yohanis Tangke suba, Pnt. Yohanis Sapan, Pnt.A.S. Tanggaran, Pnt. Petrus Payung, Pnt Petrus Tonapa dll. Sehingga panitia bersama para tukang (antara lain: tukang pertama Bapak Yohanis Lepong.......................tetap melanjutkan pembangunan fisik sambil mengurus izin mendirikan bangunan (IMB) yang diwakili oleh Bapak Pnt. Yohanis Eppang dan Bapak Pnt. Luther Ba’ka’, (mereka ini seringkali tidak mengenal lelah dan sering berurusan dengan Petugas/Pemerintah). Namun karena hambatan-hambatan tekhnis sehingga IMB itu baru dikeluarkan oleh Pemerintah (Wali) kota Samarinda pada tahun 2005 setelah diurus kembali oleh Bpk. Pnt. Yohanis Eppang dan didampingi oleh Pdt. Yohanis L.Tatung,S.Th
Dengan melihat perkembangan dan kemajuan cabang kebaktian ini dibawah bimbingan dan pelayanan Majelis Gereja yang ada di Sei Kerbau bersama Bapak Pdt. Markus Lolo,S.Th. Akhirnya cabang ini diusulkan oleh majelis Gereja Moria Mangkupalas untuk didewasakan menjadi satu jemaat dalam sidang Klasis Kal-Tim Samarinda II di Jemaat Kanaan Bontang pada tanggal 28-30 Nopember 1997, dan dalam sidang klasis tersebut diputuskan untuk menugaskan BPK membentuk Tim Visitasi yang akan mempelajari dapat tidaknya cabang ini didewasakan atas nama sidang klasis, namun karena tim yang dibentuk agak lambat melaporkan hasil visitasinya dalam rapat lengkap BPK, sehingga penegasan pendewasaan ini menjadi satu jemaat baru disahkan dalam Sidang Klasis III di Jemaat Prima Sangatta pada tanggal 05 Nopember 1999 dengan nomor keputusan No: 2 selain mengusulkan cabang kebaktian ini menjadi satu jemaat, majelis Gereja juga menyampaikan permohonan ke BPS Gereja Toraja agar menempatkan seorang tenaga proponen yang akan melayani di cabang Kebaktian Sei Kerbau, dan pada bulan September 1999, oleh Bpk. Yohanis L.Tatung, S.Th menjadi tenaga proponen di cabang ini.
Berdasarkan keputusan sidang klasis di atas tentang pendewasaan cabang Kebaktian Sei Kerbau menjadi Jemaat Eben – Haezer Selili Samarinda, maka majelis Gereja Jemaat Moria Mangkupalas Cabang Kebaktian Sei Kerbau mengambil keputusan untuk mengadakan ibadah syukur pendewasaan yang dirangkaikan dengan ibadah natal pada tanggal 12 Desember 1999 dengan nama “Jemaat Eben-Haezer Selili Samarinda Ilir”, ibadah dipimpin oleh Prop. Yohanis L.Tatung,S.Th dengan Bapak Pdt. Markus Lolo,S.Th sedangkan pembacaan naskah/keputusan pendawasaan jemaat dilaksanakan oleh Badan Pekerja Klasis yang diwakili oleh Bapak Pdt. Yesaya Tulak,S.Th dan pada tanggal 12 Desember 1999 inilah yang ditetapkan sebagai hari ulang tahun jemaat yang akan diperingati setiap tahun.